Melayu Juwita Renjis Riau Sebingkai Perisa
DESKRIPSI BUKU | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sebuah
ikhtiar untuk menyampaikan pesan-pesan kebudayaan Melayu Riau yang
dianggap sebagai sebuah fenomena kebudayaan yang lasak dengan
ikhtiar-ikhtiar pencarian dan mendudukkan entitas ke-Melayua-annya.
Sejauh
ini gerakan kebudayaan Melayu yang menjadi response cerdas oleh
Masyarakat Melayu di Riau telah memasuki “ranah kekuasaan” dan “ranah
politik”. Dengan demikian gempita Melayu dan kebudayaan Melayu telah
menjadi gempita kolektif, sekaligus “impian kolektif” masyarakat Riau.
Tetapi, tersebab gerakan ini, lebih bersifat massif-reaktif, sehingga
apa-apa yang diselenggarakan dan akan disediakan oleh gerakan Melayu
sebagai gerakan kebudayaan itu, terkadang terlepas-luncas dari
kaidah-kaidah kemanusiaan. Riau menjadi sebuah sudut tanah yang menutup
diri dari segala pengaruh luar, karena selama ini Riau merasa dicederai
oleh sesuatu yang bernama “luar”, baik eksploitasi kebudayaan apatah
lagi eksploitasi sumberdaya alam yang melimpah di bantaran pantai timur
Sumatera ini.
Sebagai
sebuah “dunia reaktif”, kebudayaan Melayu menjadi sebuah oposisional
bagi kaum pendatang ke tanah ini. Di satu sisi, para penggerak dan
pemerintah Riau yang berpaksi pada suasana Melayu itu hendak menjadikan
momentum reformasi dan otonomi sebagai era membenihkan “generasi bunga”,
namun di sudut lain jalan untuk meretas upaya itu selalu tersandung
pada perangkap-perangkap sempit dan gelap yang senantiasa menjebak
Melayu dan mental Melayu menjadi orang yang tak membuka diri atas laluan
peradaban, sebuah kebudayaan yang tak memberi celah dialog kepada ragam
kebudayaan yang ada di Nusantara. Kenyataan ini adalah sebuah kenyataan
yang “tidak sehat” dalam akselerasi kebudayaan apa pun dan di mana pun
dia berlari dan berkejaran.
Buku
ini merupakan kumpulan tulisan Yusmar Yusuf selama periode tiga tahun
yang terbit saban minggu (Ahad) pada rubrik Harian Pagi Riau Pos dengan tajuk “PERISA”. Di samping itu ada beberapa tulisan yang disediakan atas permintaan redaksi pada Mingguan Azam
(Pekanbaru), juga beberapa pidato kunci pada pertemuan dunia
Melayu-Islam di Bangkok, dan beberapa pertemuan dunia Melayu yang
dipilih, atas dasar semangat dan selari dengan nafas gerakan
ke-Melayu-an semesta dan konteks Riau kini, khususnya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar