Indonesia Tanda Yang Retak
DESKRIPSI BUKU | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Indonesia
seikat representasi yang kompleks dengan berbagai acuan dan
interpretasi yang bergumpal-gumpal. Indonesia menjadi bermakna karena
masyarakat pendukung kata itu telah melibatkan dirinya dalam proses
semiosisnya yang panjang. Saking panjangnya proses semiosis yang
dilewati kata itu, kita mulai lupa awal signifikasinya. Suatu hal yang
wajar dalam setiap kebudayaan: sebuah interpretasi publik yang tahan
lama dianggap sebagai salah satu “kebenaran”. Akan tetapi, di tempat
lain, hal itu diterima dengan tangis dan darah. Indonesia: Tanda yang Retak tentu hanyalah sebuah wacana, yang mungkin akan menjadi kenyataan apabila dibiarkan berlarut-larut.
Buku
ini mencoba merespon hal seperti itu: menyoal reproduksi dan fabrikasi
makna yang beresiko. Beberapa tulisan dalam buku ini diilhami oleh
pendekatan semiotik, baik yang strukturalis maupun pragmatis.
Penulis-penulis yang berperan serta dalam buku ini adalah Prof. Dr.
Benny H. Hoed, Manneke Budiman, M.A., Tommy Christomy, M.A., Junaidi,
M.A., Dede Oetomo, PhD., Edwin Arifin, grad. Dipl., Moeflich Hasbullah,
M.A., Effendi Kadarisman, PhD., Dr. Irmayanti M. Budiyanto, Jeffry,
M.A., Frans A. Datang, M.A., dan Dr. Agus Aris Munandar.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar