Historiografi Sastra Indonesia 1960-an
DESKRIPSI BUKU | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Dalam buku ini, yang menjadi fokus perhatian adalah sejarah sastra Indonesia, yakni hal-hal yang berkaitan dengan sastrawan, karya sastra, dan sepak terjang sastrawan pada dasawarsa 1960-an. Sejak Lekra berdiri pada 17 Agustus 1950, politik masuk demikian dalam ke tubuh sastra Indonesia, karena kebijakannya di bidang sastra adalah "Politik adalah panglima". Dampak dari kebijakan itu, sastrawan Indonesia pada 1960-an mengkristal menjadi empat kelompok, yakni sastrawan Lekra, sastrawan Manikebu, sastrawan yang berafiliasi pada partai politik, dan sastrawan independen.
Dari
keempat kelompok itu, perseteruan meruncing menjadi dua kelompok, yakni
kubu sastrawan Lekra yang mengusung paham realisme sosialis dan konsep
"seni untuk rakyat" dan kubu sastrawan Manikebu yang mengusung paham
humanisme universal dan konsep "seni untuk seni". Dua kelompok yang lain
cenderung bersimpati pada sastrawan Manikebu.
Kedekatan
sastrawan Lekra dengan PKI dan kekuasaan, serta menguasai media massa
yang besar saat itu, memungkinkan mereka menggunakan tangan kekuasaan
untuk membungkam sastrawan Manikebu. Pada 8 Mei 1964, Presiden Soekarno
melarang Manikebu. karena dianggap kontrarevolusi. Karya sastra yang
dihasilkan sastrawan Manikebu dilarang beredar. Dalam peristiwa ini,
dapat dikatakan bahwa Lekra pun pernah melakukan kesalahan di zaman Orde
Lama (di masa pemerintahan Presiden Soekarno).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar